Apa yang ada di dalam pikiranmu ketika mendengar kata branding?
Logo? Nama brand? Warna? Atau desain layout Instagram? Pasti tidak lepas dari hal yang berbau visual ya. Sayangnya, branding tidak hanya sekedar visual.
Ibarat membangun rumah, ada banyak aspek selain desain arsitektur rumah yang juga harus dibangun. Tentunya rumah tidak bisa mulai dibangun dari cat dan dekorasi interior, bukan?
Membangun brand juga tidak dimulai dari menentukan logo, bahkan idealnya pembuatan visual identity dibuat diakhir penyusunan strategi branding.
Penasaran? Yuk pelajari apa itu branding, manfaat membangun brand, serta langkah-langkah strategi branding. Biar gak salah kaprah lagi soal branding!
Baca Juga: Cara Membangun Personal Branding dalam Berbisnis Ala Influencer!
Apa Itu Branding?
Menurut seorang penulis buku branding bernama Marty Newmeyer, brand adalah sebuah perasaan seseorang terhadap sebuah produk, layanan, atau organisasi.
Sedangkan menurut Subiakto Priosoedarsono, disebut juga sebagai Bapak Branding Indonesia, mendefinisikan brand sebagai nama yang memiliki makna (brand = nama + makna).
Nama dengan makna menghasilkan sebuah brand, makna hadir karena adanya trust atau kepercayaan. Darimana kepercayaan didapatkan? Jawabannya adalah dari pengalaman.
Oleh karena itu, branding adalah proses untuk mengaktivasi sebuah nilai atau makna ke benak konsumen lewat serangkaian pengalaman yang mereka dapatkan dari suatu brand.
Apa Manfaat Branding?
Brand Menyelamatkan Kita dari Kompetisi Harga
Brand dapat memberikan nilai pembeda pada produkmu dibandingkan dengan produk-produk lainnya di pasaran, meskipun fitur dan manfaatnya kurang lebih sama.
Mengapa? Karena konsumen cenderung akan memilih produk yang sudah familiar di benak mereka. Ketika produkmu bersaing tanpa memiliki merek, harga akan menjadi pertimbangan utama konsumen dalam memilih produk.
Brand Memengaruhi Keputusan Pembeli
Ada sebuah blind test yang dilakukan oleh salah satu pusat perbelanjaan di Indonesia yang menguji dua merek minuman bersoda yaitu Coca-Cola dan Pepsi.
Peserta diminta untuk meminum satu gelas A berisi Coca-Cola dan satu gelas B yang berisi Pepsi, namun kedua gelas tersebut tidak memiliki merek sehingga peserta tidak dapat mengetahui merek dari minuman tersebut.
Setelah meminum kedua gelas tersebut, peserta merasa bahwa gelas B yang berisi Pepsi memiliki rasa yang lebih enak dan menyegarkan.
Pada sesi kedua, peserta diminta kembali untuk meminum dua gelas dengan isi yang sama namun kali ini ada merek pada gelas-gelas tersebut. Setelah diminum, peserta merasa bahwa gelas dengan merek Coca-Cola lebih enak.
Dari studi kasus ini kita bisa melihat bahwa brand secara psikologi bisa memengaruhi persepsi kita terhadap sebuah produk. Sehingga, brand bisa memengaruhi keputusan pembelian kita.
Brand adalah Aset
Dalam sebuah perusahaan, aset terbagi menjadi dua jenis yaitu aset tangible (berwujud) dan aset intangible (tidak berwujud). Contoh dari aset tangible adalah cash, inventaris, properti, dan sebagainya. Sedangkan contoh aset intangible adalah copyright, hak paten, dan brand.
Yang namanya aset, nilainya bisa tumbuh dan meningkat. Hal ini juga berlaku pada brand, kita menyebutnya sebagai brand equity. Brand equity adalah persepsi yang ada di benak orang-orang mengenai produk kita.
Ketika persepsi masyarakat terhadap sebuah brand bagus maka brand equity meningkat, namun ketika persepsinya buruk maka brand equity-nya menurun.
Langkah-Langkah Strategi Branding
Sebenarnya, langkah-langkah dalam melakukan strategi branding itu mirip seperti tahapan dalam membangun sebuah rumah, lho.
Kenapa? Karena rumah yang besar dan megah harus dirancang secara keseluruhan agar dapat berfungsi dengan baik. Artinya semua aspek bangunan, mulai dari pondasi sampai pemilihan cat, direncanakan dan diperhatikan dengan baik.
Begitu pula dengan brand, kamu tidak bisa langsung membuat aspek visual tanpa adanya pondasi brand. Berikut adalah langkah-langkah strategi branding yang tepat:
1. Pondasi Sebagai Dasar Brand
Kira-kira, apa yang harus dilakukan saat pertama kali melakukan branding? Seperti membangun rumah yang dimulai pondasi, brand juga butuh pondasi berupa internal brand dan brand positioning.
Internal brand adalah alasan kenapa suatu brand ada dan memiliki arti bagi kehidupan banyak orang. Terdiri dari purpose atau tujuan, visi dan misi, serta nilai yang dipegang. Internal brand yang kuat akan menopang segala aspek brand yang akan dibangun.
Brand positioning adalah bagaimana brand ingin dilihat oleh orang-orang. Terdiri dari audiens, kompetitor, dan diferensiasi.
Internal brand dan brand positioning harus kamu tentukan diawal untuk nantinya kamu jadikan sebagai patokan dalam menjalankan strategi branding.
2. Bangunan Berupa Core Message
Setelah pondasi atau purpose dibangun, kamu bisa mulai membuat “bangunan” diatasnya. Bangunan atau core message adalah pesan yang disampaikan brand.
Apabila bangunan tidak sesuai dengan pondasinya maka suatu saat bisa saja runtuh. Core message yang tidak sesuai dengan internal dan positioning brand akan membuat strategi branding-mu berantakan kedepannya.
Tugas branding adalah memastikan kita dianggap berarti oleh orang yang menerima pesan. Sebuah arti yang sejalan dengan purpose, visi misi, value, dan positioning sebuah brand.
3. “Pintu dan Jendela” sebagai Brand Touchpoint
Brand touchpoint adalah bagaimana kita menyampaikan core message secara konsisten kepada audiens. Tahap ini memastikan agar orang-orang yang menerima pesan menganggap bahwa brand kita berarti.
Jika diibarkan, pintu dan jendela adalah touchpoint dari sebuah bangunan. Tanpa adanya pintu dan jendela maka orang-orang tidak akan bisa berkunjung dan berinteraksi dengan kita.
Brand harus menjalin hubungan dengan audiensnya melalui berbagai macam touchpoint agar core message dapat tersampaikan. Contoh dari brand touchpoint seperti media sosial, billboard, interior toko, atau seragam waiters restoran.
3. Menghias Tampilan Visual Brand
Waktunya finishing! Di sinilah nama, logo, warna, dan visual identity lainnya ditentukan. Pemilihannya pun gak bisa asal karena tema dekorasi tentunya harus menyesuaikan bangunannya.
Artinya, visual identity harus mencerminkan core message yang sesuai dengan brand purpose.
Branding yang hanya berfokus pada visual ibarat seperti rumah megah yang isinya ternyata reyot. Saat masuk ke dalam, orang akan merasa tertipu sehingga tidak ada kesan baik yang diterima atau bahkan mereka tidak akan balik ke rumah itu lagi.
Jadi, masih berpikir bahwa branding cuma sekedar visual?
Penutup
Demikan langkah-langkah yang harus kamu lakukan untuk bisa menjalankan strategi branding.
Ingatlah, strategi branding yang tepat akan memastikan the right message tersampaikan ke the right person. Jadi, pastikan kamu menjalankan semua langkah diatas agar strategi branding-mu bisa berjalan dengan sukses.
Baca Juga: Kenali Teknik Storytelling ABT Agar Strategi Marketingmu Jadi Lebih Asyik
Terima kasih telah membaca artikel ini hingga akhir. Semoga apa yang kamu pelajari bisa bermanfaat. Jangan lupa untuk membaca artikel lainnya dari Digitumo yang tidak kalah menarik. Sampai jumpa!